



Endoskopi menjadi prosedur yang saya sukai,karena saya merasa memasuki dunia yang berbeda dengan kegiatan profesi sehari-hari yang hanya menggunakan dua mata telanjang untuk mengamati.
Dengan ditemukannya
mikroskop bedah dan diciptakannya
fiberscope kita bisa mengamati objek dalam ukuran yang diperbesar atau ruangan/saluran dalam tubuh kita yang mustahil dilihat dengan mata biasa.
Endoskopi telah menunjang , menambah panjang dan meningkatkan kemampuan
diagnostik dari seorang dokter, bahkan kemampuan itu bertambah dengan berbagai tindakan
terapeutik yang dimungkinkan melalui endoskopi.
Pengalaman pertama saya bekerja dengan endoskop yaitu ketika rumah sakit tempat saya bekerja mendapatkan sebuah alat gastroskop ex Machida pada tahun 1974.
Pada waktu itu belum banyak dokter di Indonesia yang mendapat kesempatan menggunakan endoskop.
Saya beruntung mendapat pelatihan di
Tokyo Women's Medical College di Shinjuku ,Tokyo dibawah bimbingan
Prof.Dr.Tadayoshi Takemoto bersama-sama dengan
Dr.Sugiarto Wibowo dari RS Husada.
Selama latihan kami sempat bertemu dengan (alm.)
Dr.Affandi D.yang sedang menjalani pemeriksaan di rumah sakit tersebut dan
Dr.Sudjarwo,teman sekelas saya di SMP dan SMA yang bekerja di Jepang dan menjalani pendidikan dokternya disana.
Inilah sekelumit kenangan saya dalam endoskopi.
Pada saat ini bidang endoskopi sudah sangat luar biasa maju pesat ,namun dibelakang kemajuan tersebut faktor manusia tetap menjadi kunci sukses pelayanan di bidang endoskopi.
(
The man behind the gun).